Klasifikasi Iklim – Pengertian, Klasifikasi dan Jenis Iklim Dengan Penjelasan Terlengkap

Posted on

Iklim merupakan istilah yang tidak asing lagi didengar. Iklim adalah kondisi rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Keadaan suatu iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, angin, curah hujan dan penyinaran matahari.

Lalu apa itu sebenarnya iklim dan faktor yang mempengaruhi suatu iklim?

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang iklim, berikut ini akan dijelaskan secara lengkap tentang pengertian iklim, jenis iklim, faktor pengaruh iklim, dampak perubahan iklim dan penjelasan terlengkap.

Pengertian Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu yang diukur berdasarkan suhu, curah huja, tekanana atmosfer, kelembaban, dan arah angin. Selain itu, iklim dipengaruhi juga oleh garis lintang, medan, ketinggian dan perairan didekatnya.

Ilmu yang mempelajari tentang iklmi di suatu wilayah disebut sebagai ilmu klimatologi.

Menurut Word Climate Conference, iklim adalah sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu lama dan panjang, yang secara statistik cukup untuk digunakan untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan disetiap saatnya.

Menurut Glenn T. Trewartha, iklim adalah konsep abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer pada suatu daerah dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Gibbs, iklim adalah suatu peluang statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi pada suatu daerah selama dalam jangka waktu yang panjang.

Baca Juga : Pengertian Perubahan Iklim dan Penjelasan

Faktor Pengaruh Iklim

Iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah:

  • Suhu
  • Matahari
  • Tekanan Udara
  • Topografi
  • Badan Air
  • Angin
  • Per awanan

Klasifikasi Iklim

Klasifikasi iklim dibuat agar memudahkan para ahli untuk mengkategorikan iklim-iklim yang adad di dunia. Dengan klasifikasi tersebut, para ahli dapat lebih mudah memberikan informasi hasil penelitian tentang iklim kepada masyarakat luas.

Hal tersebut tentu sangat berguna bagi masyarakat agar lebih meningkatkan kesadaran dan kecerdasan dalam menanggapi iklim. Khususnya informasi tersebut sangat berguna bagi para nelayan dan petani agar mengetahui pola iklim yang berlaku ketika ingin berlayar atau bertani.

Secara global, klasifikasi iklim yang berlaku adalah iklim matahari dan iklim fisis. Kedua klasifikasi tersebut dipengaruhi oleh matahari dan faktor fisik lingkungan.

Sedangkan di Indonesia, terdapat 3 klasifikasi iklim yang digunakan untuk menjelaskan hal yang berbeda-beda. Klasifikasi tersebut yaitu Iklim koppen, Iklim Schmidt-Ferguson, dan Iklim Oldeman. Selain itu ada pula klasifikasi iklim Junghuhn yang digunakan sebagai gambaran umum penanaman tanaman kebun di Indonesia.

Baca Juga : Pengertian Suhu dan Penjelasan

Untuk mengetahui lebih jelas tentang klasifikasi iklim, dibawah ini adalah klasifikasi iklim dan jenisnya.

Klasifikasi Iklim Matahari

Iklim matahari adalah iklim berdasarkan jumlah banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima permukaan bumi.

Klasifikasi iklim matahri membagi zona iklimnya sesuai dengan lokasi geografis lintangnya. Semakin ke utara dan selatan suatu wilayah maka semakin seikit paparan mataharinya. Sedangkan semakin ke tengah (khatulistiwa) maka semakin tinggi paparan mataharinya.

Iklim matahari dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Iklim Tropis
    Iklim tropis adalah kondisi iklim yang cukup terkena paparan sinar matahari. Wilayah beriklim tropis berada di antara 0ᵒ – 23,5ᵒ LU / LS. Iklim tropis mencakup hampir 40% dari permukaan bumi.
  • Iklim Sub Tropis
    Iklim sub tropis adalah kondisi iklim yang terjadi akibat peralihan iklim tropis dengan iklim sedang. Iklim sub tropis terletak di wilayah 23,5ᵒ – 40ᵒ LU/ LS.
  • Iklim Sedang
    Iklim sedang adalah iklim yang dimiliki oleh daerah yang terletak di wilayah antara 40ᵒ – 66,5ᵒ LU/ LS.
  • Iklim Dingin (iklim kutub)
    Iklim dingin adalah iklim yang terletak di daerah kutub dengan suhu udara yang sangat rendah, Iklim dingin dibagi menjadi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.

Baca Juga : Pengertian Pemanasan Global dan Penjelasan

Klasifikasi Iklim Fisis

Iklim fisis adalah iklim hasil pengaruh lingkungan yang ada di wilayah tersebut, meliputi pengaruh lautan, daratan yang luasm relief muka bumi, angin dan curah hujan. Iklim fisis dibagi menjadi 5 jenis, yaitu iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung atau pegunungan dan iklim musim atau muson.

  • Iklim Laut
    Iklim laut adalah iklim yang terletak di daerah tropis dan sub tropis serta di daerah sedang. Iklim laut disebut juga dengan iklim maritim. Iklim laut memiliki ciri-ciri memiliki curah hujan tinggi dengan suhu tahunan dan harian yang hampir sama.
  • Iklim Darat
    Iklim darat disbeut juga dengan iklim kontinen. Sama seperti iklim laut, iklim darat juga berada di daerah sub tropis dan tropis serta di daerah sedang. Iklim darat terjadi didaerah yang sangat luas yang dipengaruhi oleh angin lahan kering. Iklim darat memiliki ciri-ciri hari yang panas, malam yang dingin, curah hujan rendah, kadang terbentuk gurun. Contohnya di Gobi, Tibet, Arab, Sahara, Kalahari, Australia Tengah, dan Nevada.
  • Iklim Dataran Tinggi
    Iklim dataran tinggi terletak di wilayah dataran tinggi. Iklim dataran tinggi mengalami perubahan suhu harian dan musimam, memiliki tekanan rendah, sinar matahari terik dan mengandung sedikit uap air.
  • Iklim Gunung
    Iklim gunung terletak di wilayah gunung atau pegunungan. Di daerah pegunununga memiliki udara yang sejuk dan sering hujan. Hujan terjadi akibat awan yang naik ke lereng pegunungan mengalami kondensasi sehingga turun hujan. Hujan jenis ini disebut dengan hujan orografis.
  • Iklim musim (muson)
    Iklim musim atau iklom muson adalah iklim yang berganti-ganti setiap setengah tahun sekali.

Baca Juga : Dampak Buruk Pemanasan Global dan Penjelasan

Klasifikasi Iklim Junghuhn

Klasifikasi iklim Junghuhn pertama kali dikemukakan oleh Junghuhn, yaitu seorang ahli botani dan geolog yang berasal dari Belanda-Jerman pada tahun 1840-an. Pada tahun tersebut, Junghuhn melakukan penelitian dengan pergi ke pulau Jawa untuk meneliti tentang tanaman apa saja yang mungkin ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda pada saat itu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Junghuhn menemukan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara ketinggian suatu wilayah dengan tanaman yang dapat dibudayakan pada wilayah tersebut.

Berdasarkan risetnya, Junghuhn berasumsi bahwa terdapat 4 zona budidaya tanaman di pulau Jawa. ZOna tersebut adalah Zona Panas, Zona Sedang, Zona Sejuk, dan Zona Dingin.

1. Zona Panas

Menurut Junghuhn, zona panas berada di ketinggian 0 hingga 600m di atas permukaan laut dengan rata-rata suhu di zona ini adalah 22 hingga 26,3° celsius.

Karena di wilayah ini memiliki suhu udara yang relatif panas, maka jenis tanaman yang bisa ditanam seperti jenis tanaman berikut: padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan tanaman cokelat.

2. Zona Sedang

Menurut Junghuhn, zona sedang berada di ketinggian 600m hingga 1500m diatas permukaan laut dengan suhu diantara 17,1 hingga 22°celsius. Suhu di zona ini relatif lebih dingin dibandingkan pada zona panas.

Jenis tanaman yang cocok di tanam di zona ini adalah padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, dan sayur-sayuran seperti kol, sawi, bayam, selada, dan sayur lainnya.

3. Zona Sejuk

Menurut Junghuhn, zona sejuk berada di ketinggian 1500m hingga 2500m diatas permukaan laut dengan suhu diantara 11 hingga 17°celsius. Karena suhu udara tergolong cukup dingin, maka tidak banyak tumbuhan yang tumbuh subur.

Jenis tanaman yang cocok ditanam di zona sejuk adalah teh, kopi, kina, dan sayur sayuran, serta sering ditemui pohon kayu seperti jati mahoni dan pinus. Di Indoensia contoh wilyah yang berada di zona sejuk adalah Lembang, Bandung, dan Dataran Tinggi Dieng.

4. Zona Dingin

Zona dingin memiliki ketinggian diatas 2500m dengan suhu udara diantara 6,2 hingga 11°celsius. Karena sangat dingin, maka sulit bagi tanaman untuk tumbuh di wilayah ini. Mayoritas tanaman yang tumbuh diwilayah ini adalah lumut, tanaman kayu dan semak belukar.

Namun perlu dipahamai bahwa klasifikasi iklim Junghun belum tentu bisa digunakan oleh nagara lain. Karena faktor utama dari klasifikasi ini adalah ketinggian. Sedangkan ketinggian di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian di negara lain.

Contohnya ketinggian 1000m di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 1000m di Ethiopia, dan ketinggian 2000m di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 2000m di Norwegia. Bahkan belum tentu juga ketinggian 1000m di Pulau Jawa sama dengan ketinggian 1000m di pulau kalimantan.

Karena itulah dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi iklim Junghuhn belum tentu bisa digunakan di negara lain ataupun di daerah lain di Indonesia.

Baca Juga : Pengertian Astronomi dan Penjelasan

Klasifikasi Iklim Koppen

Klasifikasi iklim Koppen pertama kali dikemukakan oleh ahli klimatologi asal Jerman bernama Wladimir Koppen (1900). Klasifikasi iklim koppen terbentuk berdasarkan temperatur udara, curah hujan dan endapan yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tanaman. Klasifikasi ini paling banyak digunakan sebagai acuan di berbagai belahan bumi. Klasifikasi iklim koppen dibagi menjadi 5 jenis, dibawah ini penjelasannya:

1. Iklim Tropis (A)

Ciri-ciri iklim tropis:

  • Memiliki curah hujan tinggi hingga bulanan
  • Memiliki suhu bulanan rata-rata 18°celsius
  • Memiliki penguapan rata-rata 70 cm3 / tahun
  • Tidak terdapat musim dingin

Iklim tropis dibagi menjadi 3 sub kategori, yaitu:

  • AF = Hutan hujan tropis
    Wilayah AF memiliki curah hujan tinggi yaitu ditas 60mm tiap bulannya. Contoh daerah AF seperti Sumatera, Kalimatan, Sulawesi Utara dan Brazil.
  • AM = Hutan muson
    Wilayah AM memiliki curah hujan tinggi dengan curah hujan dibawah 60mm tiap bulannya dan masih terdapat musim kering. Wilayah AM dipengaruhi oleh efek muson (musim). Contoh wilayah AM seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Pantai Selatan Papua, dan Sebagian Wilayah India.
  • AW/AS = Padang Savana basah(w) atau kering(s)
    Wilayah AW/AS memiliki curah hujan sedikit sehingga jumlah curah hujan pada musim hujan tidak bisa mengimbangi kekurangan air pada saat musim kemarau. Pada wilyah AW/AS memiliki vegetasi rerumputan dan pepohonan yang tahan pada wilyaha daerah semi kering. Contoh wilayah AW/AS adalah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.

2. Iklim Kering (B)

Iklim kering dikenal sebagai daerah dengan curah hujan yang sangat sedikit. Untuk mengetahui apakah sub iklim suatu wilayah bersifat BW atau BS digunakan metode perhitungan sebagai berikut:

Rata-rata Temperatur X 20

Setelah didapatkan dilai perhitungan diatas, selanjutnya tambahkan:

  • 280 jika => 70% curah hujan total jatuh pada musim panas dan semi
  • 140 jika 30-70% curah hujan total jatuh pada musim panas dan semi
  • 0 jika curah hujan yang jatuh pada musim panas dan semi < 30%

Jika curah hujan tahunan pada wilayah tersebut berada kurang 50% maka angka yang didapat dari perhitungan tersebut termasuk golongan BW sedangkan jika lebih maka wilayah terbut termasuk golongan BS.

Sedangkan huruf ketiga dapat ditambahkan untuk menjelaskan suhu di wilayah tersebut. Huruf h digunakan jika bulan terdingin memiliki suhu diatas 0°celsius, sedangkan k digunakan jika terdapat satu bulan dengan suhu dibawah 0° celsius.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 jenis iklim kering yaitu gurun dan stepa.

  • BWh = Gurun panas
  • BWk = Gurun dingin
  • BSh = Stepa Panas
  • BSk = Stepa Dingin

3. Iklim Sedang (C)

Suhu rata-rata pada iklim sedang terdingin berada diatas 0°C hingga 18°C. Selain itu, terdapat satu bulan dengan suhu rata-rata lebih tinggi dari 10°C.

Berikut adalah kombinasi klasifikasi yang terjadi di zona iklim sedang, antara lain:

  • Cfa = Subtropis Basah
  • Cfb = Iklim Maritim
  • Cfc = iklim maritim sub-kutub
  • Cwb = Iklim dataran tinggi sub-kutub
  • Cwc = Iklim dataran tinggi sub-kutub dingin
  • Csa = Iklim mediterania dengan musim panas yang panas
  • Csb = Iklim mediterania dengan musim panas yang hangat
  • Csc = Iklim mediterania dengan musim panas yang dingin

4. Iklim Kontinental (D)

Iklim kontinental memiliki kelembaban udara lebih rendah dibandingkan iklim maritim. Ciri-ciri iklim kontinental setidaknya satu bulan dengan suhu < 0’C dan setidaknya satu bulan dengan suhu > 10’C.

Berikut kombinasi klasifikasi jenis iklim kontinental, yaitu:

  • Dfa = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang panas
  • Dfb = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang hangat
  • Dfc = Iklim sub-kutub
  • Dfd = Iklim sub-kutub yang sangat dingin
  • Dwa = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang panas dan dipengaruhi oleh efek muson
  • Dwb = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang hangat dan dipengaruhi oleh efek muson
  • Dwc = Iklim sub-kutub yang dipengaruhi oleh efek muson
  • Dwd = Iklim sub-kutub yang sangat dingin dan dipengaruhi oleh efek muson
  • Dsa = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang panas dan dipengaruhi oleh efek mediterania (musim panas kering)
  • Dsb = Iklim kontinental basah dengan musim panas yang hangat dan dipengaruhi oleh efek mediterania
  • Dsc = Iklim sub-kutub yang dipengaruhi oleh efek mediterania
  • Dsd = Iklim sub-kutub yang sangat dingin dan dipengaruhi oleh efek mediterania

5. Iklim Kutub (E)

Iklim kutub merupakan wilayah yang secara geografis yang dekat dengan kutub karena itulah memiliki suhu sangat dingin. Contoh wilayah iklim kutub seperti Kanada, Rusia, Islandia, Greenland, dan bagian utara Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia).

Kombinasi klasifikasi iklim kutub:

  • ET = Iklim tundra, suhu rata-rata bulan terhangat < 10’C
  • EF = Iklim es, Musim dingin terus menerus dengan suhu setiap bulan < 0’C.

Baca Juga : Pengertian Satelit dan Penjelasan

Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson

Menurut Schmidt-Ferguson cara menghitung pembagian iklim berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun lalu dirata-ratakan. Cara menentukan bulan basah dan bulan kering yaitu dengan menggunakan metode Mohr. Menurut Mohr suatu bulan dikatan sebagai:

  • Bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm
  • Bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm
  • Bulan lembab, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100 mm.

Iklim Schmidt-Ferguson dapat ditentukan dengan menggunakan rumus dibawah ini:

Q = Rata-rata bulan kering / Rata-rata bulan basah X 100%

Semakin besar nilai Q, maka iklim semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim semakin basah.

Schmidt dan Fergusson menggolongkan tipe-tipe iklim sebagai berikut.

Baca Juga : Gelombang Cahaya dan Penjelasan

Klasifikasi Iklim Oldeman

Klasifikasi iklim oldeman pada suatu wilayah berdasarkan jumlah bulan basah atau bulan kering berturut-turut. Iklim oldeman juga dihubungkan dengan zonasi komoditas karena itulah sering disebut sebagai iklim agroklimat.

Pada iklim oldeman dikenal 3 jenis bulan, yaitu

  • Bulan basah memiliki curah hujan >200mm/bulan
  • Bulan kering memiliki curah hujan <100mm/bulan
  • Bulan lembab memiliki curah hujan = 100 hingga 200mm/bulan

Iklim oldeman diabgi menjadi dua tipe, yaitu tipe utama dan sub-tipe. Tipe utama iklim oldeman ditandai dengan huruf sedangkan sub-tipe ditandai dengan angka.

  • Iklim A = Bulan basah berturut-turut > 9 kali
  • Iklim B = Bulan basah berturut-turut 7-9 kali
  • Iklim C = Bulan basah berturut-turut 5-6 kali
  • Iklim D = Bulan basah berturut-turut 3-4 kali
  • Iklim E = Bulan basah berturut-turut < 3 kali
  • 1 = Bulan kering <= 1 kali
  • 2 = Bulan kering 2-3 kali
  • 3 = Bulan kering 4-6 kali
  • 4 = Bulan kering > 6 kali

Baca Juga: Pengertian dan Jenis Bioma Terlengkap

Demikian artikel mengenai Klasifikasi Iklim dan Penjelasannya LENGKAP. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan anda mengenai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.