Rantai Makanan Ekosistem Laut – Ekosistem Laut adalah jenis ekosistem alami yang sangat luas, hingga dibagi menjadi empat sub bagian ekosistem berdasarkan tingkat kedalamannya. Ekosistem laut memiliki keaneka ragaman hayati yang sangat tinggi. Sama seperti ekosistem darat, pada ekosistem laut juga membentuk rantai makanan sendiri. Kali ini IPA akan membahas tentang Rantai Makana Ekosistem Laut lengkap dengan Ciri-Ciri, Organisme dan Contoh.
Ekosistem laut adalah ekosistem perairan alami dengan hamparan permukaan yang sangat luas dan salinitas atau kadar garam yang tinggi dengan kandungan ion CL mencapai 55%. Ekosistem laut memiliki keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Khusus laut daerah tropis memiliki evaporasi sangat besar akibat suhu pada wilayah tropis yang tinggi. Sedangkan pada lapisan bawah laut yang tidak terkena sinar matahari akan memiliki suhu lebih dingin dibandingkan suhu diatasnya. Lapisan beda suhu dalam laut disebut Termoklin.
Ciri-Ciri Ekosistem Laut
Berikut ini ciri-ciri ekosistem laut yang membedakan dengan ekosistem lainnya.
- Salinitas atau kadar garam tinggi (kandungan ion Cl mencapai 55%)
- Memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
- Permukaan laut sangat luas.
- Evaporasi tinggi.
- Memiliki variasi suhu yang dipengaruhi oleh jangkauan sinar matahari menembus perairan.
- Suhu diatas permukaan lebih dingin dibanding dibawahnya.
- Terbagi kedalam 4 zona lapisan menurut kedalamannya.
- Terbagi menjadi beberapa zona ekosistem sehingga lebih tepat disebut bioma laut.
Baca Juga : Rantai Makanan Ekosistem Sawah dan Contohnya
Zona Wilayah Laut Berdasarkan Kedalamannya
Topografi laut tidak rata, laut terdiri dari area angat dangkal, dangkal, dalam, hingga sangat dalam. Perbedaan topografi tersebut membuat lautan terbagi menjadi 4 zona berdasarkan kedalamannya. 4 Zona tersebut meliputi Zona Litoral, Zona Neritik, Zona Bathial, dan Zona Abisal. Lebih lengkapnya simak penjelasan berikut:
1. Zona Litoral
Zona Litoral dikenal dengan wilayah pasang surut air laut. Jadi wilayah laut akan tergenang oleh air ketika kondisi laut sedang pasang. Namun ketika keadaan surut, zona litoral ini akan menjadi pantai.
Di zona pasang surut ini menjadi habitat beberapa spesies laut, mulai dari bintang laut, udang, kepiting, cacing, hingga bentos.
2. Zona Neritik
Zona Neritik disebut juga dengan wilayah laut dangkal dengan kedalaman antara 50 sampai 200 meter. Zona neritik masih dekat dengan wilayah pantai dan di zona ini masih dapat ditembus sinar matahari.
Di zona neritik merupakan tempat hidup bagi ubur-ubur, rumput laut, zooplankton, fitoplankton, dan berbagai jenis ikan yang biasanya ditangkap oleh nelayan.
3. Zona Bathial
Zona Bathial disebut juga dengan zona laut dengan kedalaman antara 200 hingga 2.000 meter dari permukaan. Wilayah ini tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Karena itulah, spesies binatang dan tumbuhan didalamnya tidak sepadat pada zona neritik.
4. Zona Abisal
Zona Abisal merupakan wilayah lautan yang paling dalam dan sangat gelap dengan kedalaman lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut. Zona abisa sudah tidak dapat tembus sinar matahari sama sekali, karena itu menyebabkan suhu disekitar zona abisal sangat dingin sehingga sangat jarang hewan dan tumbuhan yang hidup disekitarnya.
Salah satu hewan yang bisa hidup dizona abisal ini adalah Angles Fish. Karena jenis angles fish mampu mampu menghasilkan cahaya sendiri untuk berkomunikasi dan bertahan hidup di perairan yang tekanannya sangat besar.
Baca Juga : Rantai Makanan Ekosistem Kebun
Rantai Makanan di Laut
Ada beberapa komponen dalam ekosistem laut yang saling berhubungan sehingga membentuk interaksi satu dengan lainnya seperti rantai makanan dilaut atau jaring-jaring makanan di ekosistem laut. Komponen-komponen tersebut terdiri dari organisme-organisme yang akan membentuk rantai makanan dilaut, organisme tersebut antara lain:
1. Fitoplankton
Fitoplankton adalah plankton bersel satu yang berperan sebagai produsen. Fitoplankton memiliki ukuran sangat kecil sehingga kasat mata dan hidup melayang-layang dilautan. Fitoplankton termasuk autotrof, yaitu mampu membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Hal ini dikarenakan Fitoplankton memiliki klorofil seperti tumbuhan hijau. Dalam rantai makanan Fitoplankton termasuk tingkat tropik pertama.
2. Zooplankton
Zooplankton adalah hewan berukuran kecil dan hidup melayang-layang di air secara bebas. Zooplankton tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan fotosintesis. Dalam rantai makanan dilaut, Zooplankton hidup dengan memakan jenis fitoplankton yang memiliki ukuran lebih kecil dari tubuhnya.
Dalam rantai makanan dilaut, Zooplankton memakan fitoplankton disebut sebagai konsumen tingkat I (pertama). Sedangkan Zooplankton pemakan zooplankton yang lebih kecil disebut sebagai konsumen tingkat ke II (dua). Dan hewan–hewan kecil pemakan zooplankton disebut sebagai konsumen tingkat ke III (tiga).
3. Predator
Predator menjadi rantai makanan dilaut yang menempati posisi tertinggi. Predator dilautan merupakan ikan yang memiliki kemampuan untuk memburu, menangkap dan memakan ikan dengan cara alami. Contoh hewan paus pembunuh. Tidak hanya memakan ikan-ikan besar, mamalia ini juga memakan ikan kecil secara sekaligus.
4. Dekomposer
Dekomposer adalah komponen terakhir dalam rantai makanan ekosistem laut. Dekomposer adalah pengurai atau pengurai jasad. Dekomposer yang hidup dilaut disebut dengan Bentos. Bentos akan mengurai bangkai atau sisa-sisa makhluk hidup sehingga menjadi lebih kecil sehingga dapat digunakan fitoplankton sebagai sumber nutrisi untuk membuat makanan.
Dekomposer berfungsi sebagai penjaga keseimbangan rantai makanan dilaut. Tanpa adanya dekomposer, makhluk hidup yang mati tidak dapat membusuk. Bintang laut, belut laut, cacing laut, dan bakteri merupakan contoh pengurai di lautan.
Contoh Rantai Makanan Di Laut
Berikut adalah beberapa contoh mengenai rantai makanan di laut.
Baca Juga : Daur Hidup Kucing dan Penjelasannya
Demikian artikel mengenai Rantai Makanan Ekosistem Laut . Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan anda mengenai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.